Bantah Isu Kelalaian, RSUD Kotamobagu Ungkap Kronologi Lengkap Kasus Pasien Meninggal

 

KOTAMOBAGU – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotamobagu memberikan klarifikasi resmi terkait seorang pasien meninggal dunia asal Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) usai persalinan.

Klarifikasi tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di RSUD Kotamobagu. Dalam kesempatan itu, pihak rumah sakit menyampaikan bahwa seluruh prosedur medis telah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku, kamis (7/8/2025).

Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Kotamobagu, dr. Angel Yecylia, menyampaikan bahwa tudingan yang beredar di media sosial terkait adanya kelalaian dan tidak dirujuknya pasien adalah tidak benar.

“Pelayanan yang telah kami lakukan di RSUD Kotamobagu itu sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), dan juga pelayanan kepada pasien tidak ada yang melalaikan atau mengabaikan, tetapi kondisi yang terjadi pada pasien ini dengan tindakan medik tentu ada respon yang berbeda-beda, karena tidak semua pasien sama dan terutama yang diprotes mengenai kelalaian. Tapi kami tegaskan jika tidak ada kelalaian pihak kami, karena kami bekerja sesuai dengan prosedur dan catatan medisnya jelas dan lengkap,” jelas dr. Angel.

Dr. Angel menambahkan bahwa pasien kemudian dirawat intensif di ICU menggunakan ventilator. Pihak RSUD juga telah berupaya merujuk pasien ke berbagai rumah sakit rujukan di Manado, namun seluruh rumah sakit dalam kondisi penuh.

“Kami sudah coba rujuk ke RS Prof Kandouw, Siloam, Centra Medika, Awaloedin hingga RS ODSK, tapi semua penuh. Proses rujukan ini mengikuti sistem SISRUTE, dan tanpa itu tidak bisa dilakukan. Kami bahkan sudah coba melalui jalur komunikasi langsung, tapi hasilnya sama,” jelas dr. Angel.

Ia menegaskan bahwa tindakan medis yang dilakukan RSUD telah sesuai prosedur dan tidak ada unsur kelalaian dari pihak rumah sakit maupun tenaga medis.

“Kondisi henti jantung itu tidak bisa diprediksi, dan bisa terjadi pada siapa saja. Kami turut berduka cita atas meninggalnya pasien, tapi kami harap masyarakat tidak mudah percaya informasi yang tidak benar,” ungkapnya.

Adapun kronologi kejadian, dijelaskan bahwa pasien masuk rumah sakit dalam kondisi hamil cukup bulan dan dipersiapkan untuk tindakan operasi. Operasi dijadwalkan pada hari Senin. Proses operasi awalnya berjalan lancar, namun pasien memiliki riwayat hipertensi.

Sementara Dokter spesialis kandungan yang menangani pasien, dr. Tarti Manoppo, M.Kes, SpOG, menyampaikan bahwa pasien telah menjalani pemeriksaan rutin sebelumnya dan memiliki tekanan darah tinggi.

“Pasien ini minum obat teratur. Dia pun memeriksakan kondisinya ke saya dua kali, terakhir tanggal 28 Juli 2025, itu tekanan darahnya sudah 140 per 100. Di situ saya langsung berikan obat. Ketika saya sampaikan ke pasien bahwa pasien punya riwayat darah tinggi, pasien mengaku ia pun tidak tahu, sehingga saya berikan dia obat hipertensi. Saat itu pasien menanyakan bagaimana proses persalinannya nanti, nah saya pun sampaikan jika saya kembalikan ke keluarga seperti apa keputusannya,” ucap dr. Tarti.

Ia juga menegaskan bahwa keputusan terkait metode persalinan diserahkan kepada pihak keluarga, mengingat risiko yang tinggi baik untuk persalinan normal maupun operasi caesar.

“Saya sampaikan ke pasien jika pasien ini sudah berusia 37 tahun, sudah risiko tinggi dengan hipertensi dan anak sudah 3. Sehingga saya menyampaikan jika persalinannya dilakukan dengan cara cesar tapi itupun ada risiko, seperti pendarahan, atau karena si ibu punya riwayat darah tinggi atau hipertensi bisa terjadi kematian di meja operasi. Itu semua sudah dijelaskan waktu pasien ini periksa kehamilan di tempat praktik saya. Keluarga pasien pun bilang jika hal itu akan dirundingkan dengan seluruh keluarga terlebih dahulu,” imbuhnya.

“Jadi saya waktu itu tidak memberikan pengantar untuk dilakukan tindakan apapun seperti operasi. Pokoknya dirundingkan dulu sebab masa kehamilan sudah cukup bulan,” sambungnya lagi.

Dokter spesialis kandungan yang menangani pasien ini menjelaskan bahwa pasien masuk ke rumah sakit pada Minggu siang, sehari sebelum operasi dilakukan. Saat itu, pasien datang tanpa surat pengantar dari dokter dan hanya membawa hasil USG.

“Hari Minggu siang, pasien masuk. Ada bidan yang bertanya ke pasien apakah ada pengantar, namun pihak keluarga mengaku tidak ada pengantar dari dokter, dan mereka hanya bawa hasil USG. Pasien ini masuk satu hari sebelum dilakukan operasi. Jadi pasien ini ada kesempatan untuk berpikir dan berdiskusi dengan keluarga, sebab ini sangat berisiko. Saya sampaikan jika melahirkan secara normal maupun tindakan cesar pasti punya risiko masing-masing. Apalagi ini kondisi pasien punya riwayat hipertensi dan usia yang masuk kategori high risk pregnancy atau kehamilan yang sangat berisiko,” jelasnya.

“Dia masuk langsung dipersiapkan untuk operasi dengan peralatan dan kesiapan yang lengkap. Nah, sampai persiapan darah itu harusnya dua kantong, tapi pihak keluarga tanda tangan dengan alasan meski hanya satu kantong darah, karena alasan suami pasien ada pendonor. Sehingga dilakukanlah operasi. Saat operasi, pasien dengan keadaan stabil, tidak ada masalah, anak sempat keluar dan pasien bertanya jenis kelamin anaknya. Saya langsung sampaikan jika anak pasien ini adalah perempuan,” tandasnya.

Namun, saat tahap akhir operasi, ketika dokter mulai menjahit bagian kulit luar sekaligus melakukan prosedur sterilisasi atas permintaan pasien, tiba-tiba terjadi henti jantung.

“Nah saat proses jahit bagian kulit bagian luar karena sekalian pasien minta disterilkan. Tiba-tiba ada henti jantung di antara perjalanan operasi. Saya berwajib tetap selesaikan tugas saya dan tidak ada pendarahan sama sekali. Pasien masuk tidak ada pengantar jadi tidak ada pemaksaan untuk dilakukan operasi,”pungkasnya.

Pihak RSUD Kotamobagu menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga pasien, serta berharap masyarakat tidak termakan isu miring yang beredar di media sosial. Seluruh proses medis telah dilakukan sesuai prosedur, dan kondisi pasien memang termasuk kategori kehamilan risiko tinggi. (Lamk)

 

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.